Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders

Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders - Hallo sahabat NieRZeus, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel #Terios7Wonders, Artikel budaya sulawesi, Artikel suku kajang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders
link : Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders

Baca juga


Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders

Ada banyak keistimewaan Indonesia punya banyak Suku yang beragam, beruntung Indonesia adalah negara dengan multietnis. diantara banyaknya perubahan jaman saya salut dengan Suku yang punya pendirian teguh memegang tradisi nenek moyangnya, walaupun jaman cepat berubah mereka tidak lekang oleh jaman. jika di Baduy kita mengenal suku Baduy Kanekes, di Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Bulukumba terdapat suku Kajang.

Suku Kajang ini dikenal dengan mudah, karena mereka selalu berpakaian serba hitam. layaknya negara didalam negara, mereka punya aturan tersendiri untuk mengatur masyarakatnya, walaupun begitu ternyata mereka hidup selaras dengan masyarakat sekitar walapun mereka yang bukan suku dari suku Kajang.


Suku Kajang berada di Kabupaten Bulukumba, dan ada di Tana Toa yang terdiri atas kurang lebih lahan 3000 hektar kawasan desa adat atau Ama Toa yang dihuni sekitar 3947 penduduk dan 600 hektar hutan adat milik suku Kajang. ternyata suku Kajang telah menghuni wilayah ini sejak 2.200 tahun lalu.

Mengenali Suku ini ketika sampai di Amatoa sangat gampang, karena suku ini berpakaian serba hitam sebagai gambaran proses hidup mereka. saya menanyakan kepada para Mentri (para pembicara yang ditunjuk Amatoa) kenapa mereka berpakaian hitam hitam dan alasan mereka berpakaian hitam tersebut karena suku Kajang meyakini bahwa mereka lahir dari rahim ibu yang gelap gulita. Oleh karena itu sepanjang hidup hingga kematian mereka juga harus dalam keadaan yang juga gelap gulita. Mereka juga konsisten menjalani cara hidup sederhana, tanpa teknologi. Meskipun desa mereka hanya berjarak 5 kilometer dari kota. jadi tidak heran jika gampang kita temui penduduk desa Kajang ini yang berusia banyak dari 90 tahun.


Keunikan lainnya terlihat dari rumah panggung terbuat dari papan yang dibangun tanpa satupun paku besi, yang digunakan adalah paku yang juga terbuat dari kayu. karena benda benda modern mereka hindari dan dilarang dikampung ini, apapun benda yang dinilai sebagai benda hasil modernisasi, menjadi tempat tinggal mereka. Sedangkan, toilet dan kamar mandi dibuat dari tumpukan batu setinggi 1 meter di bawah pancuran air dari gunung. Suku Kajang hidup tanpa listrik dan alat elektronik. Untuk penerangan di malam hari cukup menggunakan obor saja.

Warga Kajang yang menjadi pemandu wisata tim dalam bahasa asli suku ini. Ia kemudian membawa tim menyusuri jalan setapak untuk memasuki Ama Toa. Jalan setapak tersebut tidak diaspal melainkan hanya terbuat dari tumpukan batu koral. kita saja yang memakai sendal gunung yang tebal masih terasa nyeri ketika berjalan, mereka telanjang kaki saja melalui jalur ini..hmm pantesan banyak dari mereka yang awet muda dan panjang umur, ternyata pola hidup sehat yang membuat mereka bugar terus.


Sebagian besar profesi mereka adalah sebagai petani dan berkebun, mereka memanen jagung atau memanen ladang. Memang lahan disini memang cocok untuk bercocok tanam jadi mata pencaharian utama di sini,” hasil tani atau kebun mereka juga sebagian besar digunakan oleh mereka sendiri, mereka menyimpannya dibagian depan rumah agar bisa mencukupi hidupnya selama berbulan bulan.


Kedatangan saya dan tim Daihatsu Terios 7 Wonders di Ama Toa ternyata bertepatan dengan diadakannya upacara Nikuatu Panrolli atau bakar linggis. Sebuah linggis besi dibakar hingga jadi besi menganga dan seorang pria mempraktekkan kesaktiannya dengan memegang besi menganga tersebut. ternyata upacara ini seringkali digunakan untuk membuktikan kejahatan yang dilakukan oleh warga suku Kajang, maksudnya jika ada mereka yang kecurian didesanya dan tidak ada yang mengaku. linggis besi inilah dibakar sampai merah membara, satu satu penduduk desa yang dicurigai disuruh memegang besi ini. jika bersih dan tidak bersalah, mereka yakin panasnya api tidak akan menyentuh kulit mereka, tetapi jika bersalah memegang besi ini akan terbakar. memang seru sekali kami mendatangi Suku Kajang ini, dan mengexplore sisi lain budaya dari Pulau Sulawesi.

Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders - Hallo sahabat NieRZeus, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel #Terios7Wonders, Artikel budaya sulawesi, Artikel suku kajang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders
link : Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders

Baca juga


Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders