Judul : Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi
link : Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi
Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi
Metode Pola Busur Terlokalisasi ini dikembangkan dari Metode Pola Busur (Arc Pattern Method). Prinsip metode ini adalah sebagai berikut : dua buah titik akhir (end point) masing-masing A dan B dihubungkan oleh busur-busur (Gambar1). Pada gambar tersebut juga dapat dilihat lima buah titik yang berjarak sama ditempatkan di atas busur yang disebut dengan titik karakteristik. Dari Metode Pola Busur tersebut disusun model yang terdiri atas satu atau dua buah titik akhir (end point) dan beberapa titik di antara dua titik akhir. Kombinasi itu menghasilkan model yang banyak sekali, tapi untuk sistem aktual, tidak semua pola model digunakan, karena sangat memperlambat kerja sistem. Masalah ini ditanggulangi dengan mengurangi sebagian pola model yang ada, yaitu dengan melakukan pembatasan
pandangan (lokalisasi permasalahan) pada pola model yang didefinisikan di dalam sebuah bujur sangkar kecil berukuran 5 x 5 kotak. Hanya model-model yang dibentuk oleh titik karakteristik dalam bujur sangkar ini dipergunakan sebagai pedoman untuk membentuk pola model. Metode Pola Busur dengan pembatasan ini disebut dengan Metode Pola Busur Terlokalisasi. Dengan menggunakan sampel tandatangan Indonesia, dari metode ini didapatkan 52 buah pola model yang dikelompokkan menjadi 42 pola model, seperti terlihat pada Gambar 2. Ada beberapa model yang mirip dikelompokkan menjadi satu model, contohnya seperti nomor 33, 34 dan 35 dikelompokkan menjadi satu yaitu model 31. Angka di sebelah kiri atas pola menunjukkan nomor urut pola, sedangkan angka di sebelah kanan atas pola adalah nomor model.
Tahapan Proses Verifikasi
Tahapan dalam proses verifikasi tandatangan, khususnya citra tandatangan menggunakan Metode Pola Busur Terlokalisasi adalah :
- Akuisisi data (data acquisition)
Diawali pengambilan sampel tandatangan yang akan dipakai dalam sistem verifikasi, baik tandatangan acuan, palsu maupun uji.
- Prapemrosesan (preprocessing)
Pada tahap ini terdapat proses untuk membuat tandatangan yang telah diakuisisi menjadi file citra tandatangan biner yang siap untuk diekstraksi cirinya.
- Ekstraksi ciri (feature extraction)
Ekstraksi ciri adalah tahap untuk mendapatkan frekuensi kemunculan dari masingmasing pola. Pola yang memiliki model yang sama tetapi dengan nomor urut berbeda, frekuensi kemunculannya dijumlahkan. enghitungannya adalah dengan menggerakkan setiap pola model di atas pola biner citra tandatangan, dengan patokan titik berbentuk lingkaran penuh. Titik ini digeser secara teratur satu grid ke arah horisontal atau vertikal, sampai semua titik terlewati. Pada setiap pergeseran dilakukan pembandingan terhadap ruang yang dilingkupi oleh model tersebut, jika sama maka frekuensi pola model tersebut ditambahkan. Misalkan citra tandatangan dilambangkan dengan f dan terdapat p pola model maka citra tandatangan tersebut dapat diekspresikan sebagai vektor kolom x berdimensi p.
- Ekstraksi ciri (feature extraction)
Ekstraksi ciri adalah tahap untuk mendapatkan frekuensi kemunculan dari masingmasing pola. Pola yang memiliki model yang sama tetapi dengan nomor urut berbeda, frekuensi kemunculannya dijumlahkan. Penghitungannya adalah dengan menggerakkan setiap pola model di atas pola biner citra tandatangan, dengan patokan titik berbentuk lingkaran penuh. Titik ini digeser secara teratur satu grid ke arah horisontal atau vertikal, sampai semua titik terlewati. Pada setiap pergeseran dilakukan pembandingan terhadap ruang yang dilingkupi oleh model tersebut, jika sama maka frekuensi pola model tersebut ditambahkan. Misalkan citra tandatangan dilambangkan dengan f dan terdapat p pola model maka citra tandatangan tersebut dapat diekspresikan sebagai vektor kolom x berdimensi p.
- Pendaftaran (enrollment)
Tahapan pendaftaran dilakukan dengan mengekstraksi ciri dari beberapa tandatangan acuan dan hasil yang diperoleh disimpan pada sebuah file basisdata acuan dengan kata kunci nomor identitas pengguna. Misalkan masing-masing partisipan ke i disebut dengan Pi, menuliskan tandatangannya sebagai acuan sebanyak m, maka dari m buah tandatangan autentik ini diekstraksi ciri menghasilkan m buah vektor kolom x berdimensi p, hasil ini dijadikan satu matriks vektor berukuran p x m.
- Pembandingan (comparison)
Tahap pembandingan merupakan inti proses verifikasi. Dari basisdata acuan dibaca satu record data partisipan. Acuan yang berbentuk matriks p x m ini selanjutnya dihitung rata-rata kemunculan setiap pola model dengan cara :
Nilai-nilai yang dihasilkan yaitu x1/, x2/, … xp/, ditempatkan sebagai elemen vektor kolom x/ berdimensi p, yang merupakan rata-rata acuan. Lalu dicari matriks varians V berdimensi p x p dari acuan dengan persamaan :
Mencari frekuensi kemunculan pola model pada citra tandatangan yang dibandingkan sama halnya dengan mencari frekuensi pola model acuan. Misalkan tandatangan yang dibandingkan disebut Q maka vektor kolom hasilnya adalah xq. Varians V, rata-rata acuan x/ dan vektor kolom xq, digunakan menghitung nilai beda (Yoshimura I. dkk, 1994, hal.61) dengan persamaan sebagai berikut:
· D(Pi,Q) : nilai ketidaksamaan antara acuan Pi dengan pembanding Q.
· �� : vektor kolom yang berisi nilai eigen dengan urutan menurun (descending order) yaitu ��1, …, �� p)
· lk : vektor eigen yang berbentuk vektor kolom terurut sesuai dengan nilai eigen yang berhubungan.
· xQ : vektor kolom yang berisi frekuensi munculnya pola model pada citra tandatangan pembanding.
· x/ : vektor kolom rata-rata acuan.
· t : transpose.
· p : dimensi vektor kolom
· q : suatu integer dengan syarat 1q p. Konstanta q merupakan nomor pemotongan dari nilai eigen.
- Pengambilan keputusan (decision making)
Tahap ini didasarkan pada perhitungan nilai beda tandatangan uji dengan acuan, yaitu dibandingkan dengan nilai ambang yang tersimpan pada basisdata acuan (Cc) dan dikalikan dengan konstanta pengali nilai kritis (Cd).
PERANCANGAN & PEMBUATAN
Rancangan sistem verifikasi adalah seperti yang terlihat pada Gambar 5, sedangkan bagan alir prosesnya terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 3.
Pengujian terhadap sistem verifikasi dilakukan setelah mengumpulkan tandatangan sampel yang dilaksanakan dalam beberapa waktu. Pertama diambil tandatangan acuan dari para partisipan masing-masing sebanyak 9 buah. Setelah itu dicarikan pemalsunya. Seorang pemalsu terlebih dulu dijadikan pemalsu sederhana, yaitu orang tersebut langsung menirukan tandatangan acuan tanpa belajar, setelah itu baru diberi kesempatan untuk belajar sampai orang tersebut menyatakan siap untuk memalsukan tandatangan acuan sebagai pemalsu terlatih. Setiap partisipan, tandatangan acuannya dicarikan 12 tandatangan dari pemalsu sederhana dan 12 tandatangan dari pemalsu terlatih. Untuk tandatangan uji juga diambil sebanyak 12 tandatangan, dengan syarat waktu pengambilannya bertahap, serta partisipan tidak boleh melihat tandatangan acuan sebelumnya.
Dalam pengujian ini dicari 26 orang partisipan. Pengujian dilakukan dengan mengatur variasi dari konstanta pemotongan nilai eigen (q) serta konstanta pengali nilai ambang (Cd). Nilai q yang dipakai adalah 4, 5, 6, 7 dan 8. Pada nilai q = 9, sudah terjadi pembagian dengan nol dalam prosesnya, sehingga pengujian dengan q = 9 tidak diteruskan nilai Cd adalah 1,5; 2; 2,5 dan 3. Dari hasil pengujian, unjuk kerja sistem diukur berdasarkan dua macam tipe kesalahan, yaitu : Kesalahan Tipe I (kesalahan penolakan terhadap tandatangan yang ditulis oleh penulis asli) yang dihitung dari prosentase kesalahan tandatangan uji, serta Kesalahan Tipe II (kesalahan penerimaan terhadap tandatangan dari pemalsu) yang dihitung dari prosentase kesalahan dari pemalsu sederhana ditambah kesalahan dari pemalsu terlatih lalu dibagi 2. Prosentase kesalahan dari Tipe I dan Tipe II dijumlahkan, lalu dibagi 2 untuk mendapatkan kesalahan rata-rata pada masing-masing kombinasi nilai konstanta. Prosentase kesalahan hasil pengujian terlihat pada Tabel 1, sedangkan presentasinya dalam bentuk grafik terlihat pada Gambar 6, 7 dan 8. Pengujian juga dilakukan untuk verifikasi dengan menggunakan pola model tandatangan orang Jepang sebagai bahan perbandingan. Gambar 9 menunjukkan grafik perbandingan waktu rata-rata proses verifikasi tandatangan antara pola Model Indonesia dengan Model Jepang.
Referensi :
A.A. K. Oka Sudana, ”Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbais Metode Pola Busur Terlokalisasi”,Fakultas Teknik, Universitas Udayana, 2006
Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi - Hallo sahabat NieRZeus, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Software Engineering, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.Judul : Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi
link : Sistem Verifikasi Citra Tanda tangan Berbasis Metode Pola Busur Terlokalisasi