Judul : Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru
link : Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru
Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru yang kita miliki saat ini adalah bukan                          sebuah Kitab Suci dalam arti kata yang sebenarnya. Terdiri                          dari perkataan dan perbuatan dari 'Isa (jesus), Pernanjian                          Baru dimulai dengan empat "Gospels (ajaran)" yang ditulis                          satu abad setelah kematian 'Isa oleh orang-orang yang                          belum pernah melihatnya atau berteman dengan Isa; mereka                          (para penulis) ini bernama Matius, Markus, Lukas dan Johanes                          . Terdapat berbagai kontradiksi yang sangat gamblang diantara                          keempat gospel (ajaran) ini. Khususnya Gospel of John                          (Johanes) yang sangat memiliki banyak perbedaan dengan                          dari ketiga yang lain (Synoptic Gospel), meski dalam beberapa                          tingkat tertentu memiliki kesamaan. Buku-buku lain dari                          Perjanjian Baru terdiri dari surat-surat yang ditulis                          oleh Apostle (utusan/rasul) dan Saul dari Tarsus ( yang                          kemudian disebut dengan Saint Paul) menyebutkan perbuataan                          setelah kematian Isa.
Namun demikian Perjanjian Baru yang terdapat saat ini                          bukan lagi merupakan sebuah naskah suci namun lebih merupakan                          sebuah buku semi-sejarah semata. Dalam Perjanjian Baru, banjir Nuh disebutkan secara                          singkat sebagai berikut; Nuh diutus sebagai seorang pembawa                          pesan kepada sebuah masyarakat yang tidak patuh dan tersesat,                          namun kaumnya tidak mau mengikutinya dn meneruskan penyimpangan                          mereka, kemudian Allah menimpakan kepada mereka yang menolak                          keimanan dengan sebuah peristiwa banjir dan menyelamatkan                          Nuh dan para pengikutnya dengan menempatkan mereka ke                          dalam perahu. Beberapa bab dri perjanjian Baru yang berkaitan                          dengan hal ini adalah sebagai berikut;
Tetapi, pada masa Nabi Nuh, dan juga kedatangan                          seorang anak laki-laki. Dan pada hari-hari di mana mereka                          sebelum datangnya banjir, mereka makan dan minum, mereka                          menikah dan saling memberi dalam pernikahan itu, hingga                          datanglah suatu waktu ketika Nuh masuk ke dalam perahu,                          dan mengertilah dia tidak lebih hingga datangnya banjir,                          dan dia membawa mereka semua menjauh, demikian juga dengan                          datangnya seorang anak lelaki itu. (Matius, 24:37-39).
Dan terpisah, bukan di bumi yang telah                          tua, tetapi selamatlah Nuh sebagai orang yang ke delapan,                          seorang penyeru kesalehan, membawa dalam banjir ke atas                          dunia yang tidak taat pada Tuhan. (Peter kedua,2: 5)
Dan sebagaimana pada hari-hari masa Nuh,                          dan seharusnya juga juga pada masa seorang anak laki-laki.                          Mereka makan, minum, menikahi isteri, mereka saling diberi                          dalam perkawinan, hingga datanglah suatu hari ketika Nuh                          memasuki perahu, dan banjir datang, dan menghancurkan                          mereka semua. (Lukas, 17: 26-27).
Di saat mereka itu ingkar (tidak mentaati),                          ketika suatu masa Tuhan lama menderita menunggu di masa                          Nuh, sembari perahu dipersiapkan, dalam jumlah beberapa,                          delapan jiwa diselamatkan oleh air. (Peter pertama, 3:20).
Dikarenakan mereka mengabaikan, bahwa                          dengan kata Tuhan surga-surga menjadi tua, dan bumi mempertahankan                          air dan berada di dalam air: Di mana bumi kemudian, diluapi                          dengan banjir, dibinasakan. (Peter kedua,3:5-6).
Peristiwa Terjadinya Banjir dalam Kebudayaan                          Lain Dalam Kebudayaan Sumeria
Tuhan/ Dewa yang bernama Enlil berkata kepada suatu                          kaum bahwa tuhan yang lain ingin menghancurkan umat manusia,                          namun ia sendiri berkenan untuk meyelamatkan mereka. Pahlawan                          dalam kisah ini adalah Ziusudra, raja yang taat kepada                          raja negeri Sippur. Tuhan Enlil menyuruh Ziusudra apa                          yang harus dilakukan untuk bisa selamat dari banjir. Naskah                          yang berkaitan dengan pembuatan kapal tersebut telah hilang,                          namun fakta bahwa bagian ini pernah ada, diungkapkan dalam                          bagian yang menyebutkan bagaimana Ziusudra diselamatkan.                          Berdasarkan versi bangsa Babylonia tentang banjir, bisa                          disimpulkan bahwa dalam versi bangsa Sumeria pun, tentulah                          terdapat perincian yang lebih luas secara utuh tentang                          kejadian tersebut, tentang sebab-sebab terjadinya banjir                          dan bagaimana perahu tersebut dibuat.
Dalam Kebudayaan Babilonia
Ut-Napishtim adalah persamaan tokoh bangsa Babilonia                          terhadap pahlawan dalam peristiwa banjir dalam kisah bangsa                          Sumeria yaitu Ziusudra. Tokoh penting yang lain adalah                          Gilgamesh. Menurut legenda, Gilgamesh memutuskan untuk                          mencari dan menemukan para leluhurnya untuk mengupayakan                          rahasia kehidupan yang abadi. Ia melakukan sebuah perjalanan                          yang menentang bahaya dan pebuh dengan kesulitan. Ia diperintahkan                          supaya melakukan sebuah perjalan dimana ia harus melewati                          "Gunung Mashu dan air kematian" dan sebuah perjalanan                          yang hanya dapat diselesaikan oleh seorang anak tuhan                          bernama Shamash. Namun Gilgamesh tetap dengan gagah berani                          melawan semua bahaya selama perjalanan dan akhirnya berhasil                          mencapai Ut-Napishtim.
Naskah ini dipotong/selesai pada titik dimana terjadi                          pertemuan antara Guilgamesh dan Ut-Napishtim, dan ketika                          akhirnya menjadi jelas, Ut-Napishtim bekata kepada Gilgamesh                          bahwa "para tuhan hanya menyimpan rahsia kematiandan kehidupam                          untuk diri mereka sendiri" (yang mereka tidak akan memberikannya                          kepada manusia). Atas jawaban ini Gilgamesh bertanya kepada                          Ut-Napishtim bagaimana ia dapat memperoleh keabadian;                          dan Ut-Napishtim menceritakan kepadanya kisah tentang                          banjir sebagai jawaban atas pertanyaannya. Banjir tersebut                          juga diceritakan dalam kisah "duabelas meja (twelve tables)                          " yang terkenal dalam epik tentang Gilgamesh.
Ut-Napishtim memulainya dengan mengatakan bahwa kisah                          yang akan diceritakan kepada Gilgamesh adalah merupakan"sesuatu                          yang rahasia, sebuah rahasia dari tuhan". Ia berkata bahwa                          ia dari kora Shuruppak, kota tertua diantara kota-kota                          di daratan Akkad. Berdasarkan ceritanya, tuhan "Ea" telah                          menyerukan kepaanya melalui tembok gubuknya dan mengumumkan                          bahwa tuhan-tuhan telah memutuskan untuk menghancurkan                          semua benih kehidupan dengan perantaraan sebuah banjir;                          namun alasan tentang keputusan mereka tidaklah diterangkan                          dalam cerita banjir bangsa Babylonia sebagaimana telah                          diterangkan dalam kisah banjir bangsa Sumeria. Ut-Napishtim                          berkata bahwa Ea telah menyuruhnya untuk membuat sebuah                          perahu dimana ia harus membawa serta dan membwa "benih-benih                          dari semua makhluk hidup". Ea memberitahukan kepadanya                          tentang ukuran dan bentuk dari kapal tersebut, berdasarkan                          hal ini, lebar, panjng dan ketinggian dari kapal sama                          satu sama dengan yang lain. Badai besar menjungkirbalikan                          semuanya dalam waktu enam hari dan enam malam. Pada hari                          yang ke tujuh, badai mulai reda. Ut-Napishtim melihat                          bahwa diluar kapal, "telah berubah menjadi Lumpur yang                          lengket'. Dan sang kapalpun berhenti di gunung Nisir.
Menurut catatan bangsa Sumeria dan Babylonia, Xisuthros                          atau Khasisatra diselamatkan dari banjir oleh sebuah kapal                          dengan panjang 925 meter, bersama dengan keluarga dan                          teman-temannya dan bersama burung-burung dan berbagai                          jenis binatang. Hal ini dikatkan bahwa "air terbentang                          menuju ke surga, lautan menutupi pantai dan sungai meluap                          dari dasar sungai". Dan kapalpun akhirnya berhenti di                          gunung Corydaean.
Menurut cattan bangsa Babilonia-Syria, Ubar Tutu atau                          Khasisatra diselamatkan bersama dengan keluarga dan pembantunya,                          umatnya dan binatang-binatang dalam sebuah kapal dengan                          lebar 600 cubits (ukuran panjang), tinggi dan lebarnya                          60 cubit. Banjir tersebut berlangsung selama 6 hari dan                          6 malam. Ketika kapal tersebut menapai gunung Nizar, merpati                          yang dilepaskan kembali ke kapal sedangkan burung gagak                          yang sama-sama dilepaskan tidak kembali.
Berdasarkan beberapa catatan bangsa Sumeria, Asyiria                          dan Babylonia, Ut-Napishtim bersama dengan keluarganya                          selamat dari banjir yang terjadi selama 6 hari dan 6 malam.                          Hal ini dikatakan " Pada hari ke tujuh Ut-napishtim melihat                          keluar. Ternyata sangatlah sepi. Orang telah berubah menjadi                          Lumpur". Ketika kapal berhenti di gunung Nizar, Ut-napishtim                          menerbangkan seekor burung merpati, seekor ggak dan seekor                          buurng pipit. Burung gagak tinggal untuk memakan bangkai,                          sedangkan dua burung yang lain tidak kembali.
Dalam Kebudayaan India
Dalam epic dari India berjudul Shatapata Brahmana dan                          Mahabharata, seseorang yang disebut dengan Manu diselamatkan                          dari banjir bersama dengan Rishiz. Menurut legenda , seekor                          ikan yang ditangkap oleh Manu dan ikan tersebut diselamatkannya,                          tiba-tiba berubah menjadi besar dan mengatakan kepadanya                          untuk membuat sebuah perahu dan mengikatkan ke tanduknya.                          Ikan ini dilambangkan sebagai pengejawantahan dari dewa                          Wisnu. Ikan tersebut menuntun kapal mengarungi ombak yang                          besar dan membawanya ke utara ke gunung Hismavat.
Dalam Kebudayaan Wales
Menurut legenda Welsh (dari Wales, dari Celtic di Inggris),                          dikatakan bahwa Dwynwen dan Dwfach selamat dari bencana                          yang besar dengan sebuah kapal. Ketika banjir yang amat                          mengerikan yang terjadi dari meluapnya Llynllion yang                          disebut dengan Danau Gelombang. Setelah selamat akhirnya                          mereka berdua mulai menghuni kembali daratan Inggris.
Dalam Kebudayaan Scandinavia
Legenda Nordic Edda melaporkan tentang Bergalmir dan                          istriya selamat dari banjir dengan sebuah kapal yang besar.
Dalam Kebudayaan Lithuania
Dalam legenda Lithuania, diceritakan bahwa beberapa                          pasang manusia dan binatang diselamatkan dengan berlindung                          di puncak permukaan gunung yang tinggi. Ketika angin dan                          banjir yang berlangsung sela dua hari dan dua belas malam                          tersebut mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir                          akan menenggelamkan yang ada diatas puncak gunung tersebut,                          sang Pencipta melemparkan sebuah kulit kacang raksasa                          kepada mereka. Sehingga mereka yang ada di gunung tersebut                          diselamatkan dari bencana dengan berlayar didalam kulit                          kacang raksasa ini.
Dalam Kebudayaan China
Sumber di bangsa China menghubungkan cerita ini dengan                          seseorang yang dipanngil denangan nama Yao bersama dengan                          tujuh orang lain atau Fa li bersama dengan istri dan anak-anaknya,                          diselamatkan dari bencana banjir dan gempa bumi dalam                          sebuah perahu layar. Disini dikatakan "dunia semuanya                          berada dalam kehancuran. Air menyembur dan menutupi semua                          tempat". Akhirnya, airpun surut.
Banjir Nuh dalam Mitologi Yunani
Dewa Zeus memutuskan untuk menghancurkan orang-orang                          yang telah menjadi semakin bertindak sesat setiap saat,                          dengan sebuah banjir. Hanya Deucalion dan istrinya Pyrrha                          yang diselamatkan dari banjir, karena ayah Deucalion sebelumnya                          telah menyarankan anaknya untuk membuat sebuah kapal.                          Pasangan ini turun ke gunung Parnassis pada hari ke sembilan                          setelah turun dari kapal.
Semua legenda ini mengindikasikan sebuah realitas sejarah                          yang konkret. Dalam sejarah setiap masyarakat/kaum menerima                          pesan dan risalah, setiap insan menerima wahyu Suci, sehinga                          banyak kaum yang telah belajar tentang Banjir. Sayangnya,                          sebagaimana kaum-kaum yang berpaling dari inti wahyu Suci,                          peristiwa banjir besar itupun mengalami banyak perubahan                          dan menjadi bermacam legenda dan mitos.
Satu-satunya sumber dimana kita dapat menemukan kisah                          sejati tentang Nuh dan kaum yang menolaknya adalah di                          dalam Al Qur'an, yang merupakan satu-satunya sumber yang                          belum (dan tidak akan) mengalami perubahan sebahai Wahyu                          suci.
sumber : harunyahya.com Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru - Hallo sahabat NieRZeus, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Kisah Religi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru
link : Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru
 
